“Keputihan dengan aroma tidak sedap, seperti bau busuk atau amis, bisa menjadi tanda kondisi yang perlu diwaspadai. Apa saja penyebabnya? Cari tahu selengkapnya di sini”.

Opini Dokter – Setiap wanita tentu ingin menjaga kesehatan tubuhnya, termasuk organ reproduksi. Namun, keputihan berbau tak sedap sering kali muncul tanpa disadari penyebabnya.
Sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk diketahui bahwa keputihan merupakan mekanisme alami tubuh dalam membersihkan sel dan cairan dari vagina. Produksi keputihan bisa berbeda pada setiap wanita dan dapat berubah dalam hal warna, konsistensi, serta jumlahnya, tergantung pada berbagai faktor.
Beberapa faktor yang memengaruhi keputihan meliputi siklus menstruasi, kadar hormon, kehamilan, dan adanya infeksi.
Secara umum, keputihan yang normal memiliki warna bening atau putih, berbau ringan tetapi tidak menyengat, bisa meninggalkan sedikit noda kekuningan pada pakaian dalam, serta mengalami perubahan konsistensi selama siklus menstruasi.
Namun, jika keputihan mengalami perubahan yang mencolok dalam warna, bau, atau konsistensinya, kemungkinan ada faktor lain yang menjadi penyebabnya. Berikut beberapa penyebab keputihan berbau yang perlu diwaspadai:
1. Tampon yang Tertinggal
Salah satu penyebab keputihan berbau adalah tampon yang tertinggal di dalam vagina saat menstruasi. Beberapa wanita bahkan tidak menyadari bahwa tampon masih ada di dalam tubuhnya, terutama jika mereka telah berhubungan seksual setelah memasangnya.
Menurut Lauren Streicher, seorang profesor kebidanan dan ginekologi dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, kejadian ini cukup umum terjadi tanpa disadari oleh banyak perempuan.
2. Pengaruh Darah Menstruasi
Saat menstruasi, keputihan bisa berubah warna dan berbau lebih menyengat. Menurut Jessica Shepherd, mantan direktur Minimally Invasive Gynecology di University of Illinois, hal ini wajar terjadi.
Darah menstruasi memiliki kadar pH yang lebih tinggi atau bersifat lebih basa dibandingkan lingkungan alami vagina. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalamnya, sehingga menyebabkan perubahan bau. Namun, kondisi ini akan kembali normal setelah menstruasi berakhir.
3. Hubungan Seksual Tanpa Pengaman
Banyak wanita mengalami perubahan bau keputihan setelah berhubungan seksual, terutama jika tidak menggunakan kondom.
Hal ini bisa terjadi karena cairan vagina bercampur dengan sperma, yang juga memiliki pH tinggi. Seperti darah menstruasi, ketidakseimbangan ini dapat membuat bau keputihan lebih kuat.
Bau ini biasanya akan menghilang setelah mandi atau dalam 1-2 hari. Namun, jika bau tidak kunjung hilang, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk memastikan tidak ada infeksi.
4. Aktivitas Fisik yang Intens
Setelah melakukan olahraga berat, keputihan mungkin berbau lebih menyengat. Hal ini bisa terjadi karena keringat yang terperangkap di area selangkangan.
Jika bahan celana olahraga tidak cukup menyerap keringat, kelembapan yang terjebak dapat menyebabkan bau tidak sedap. Untuk mengatasinya, segera mandi setelah berolahraga agar area kewanitaan tetap bersih dan segar.
5. Kesalahan dalam Memilih Celana Dalam
Tahukah Anda bahwa jenis celana dalam yang digunakan dapat memengaruhi bau keputihan? Beberapa bahan tertentu dapat menjebak panas dan kelembapan, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri.
Kondisi ini bisa mengganggu keseimbangan pH vagina, yang pada akhirnya berdampak pada perubahan bau keputihan. Oleh karena itu, disarankan untuk memilih celana dalam berbahan katun yang lebih breathable.
Selain itu, pastikan untuk mencuci celana dalam dengan detergen hipoalergenik dan menggantinya setidaknya dua kali sehari agar area kewanitaan tetap bersih dan kering.
6. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Jika Anda memiliki kebiasaan berhubungan seksual yang berisiko, seperti sering berganti pasangan atau melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan, risiko mengalami keputihan berbau tak sedap menjadi lebih tinggi.
Infeksi menular seksual bisa menyebabkan perubahan warna dan bau keputihan yang tidak biasa. Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga dapat menjadi indikasi adanya kanker serviks. Oleh karena itu, penting untuk selalu menjaga kebersihan dan keamanan saat berhubungan seksual.
7. Vaginosis Bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah infeksi vagina yang terjadi akibat pertumbuhan berlebih bakteri anaerob. Kondisi ini umum dialami oleh wanita usia 15–44 tahun, termasuk ibu hamil.
Ketidakseimbangan bakteri dalam vagina akibat infeksi ini dapat meningkatkan kadar pH, sehingga menyebabkan keputihan berbau menyengat, bahkan amis.
Vaginosis bakterialis lebih sering terjadi pada wanita yang sering berganti pasangan atau melakukan aktivitas seksual tertentu, seperti oral seks.
8. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis, yang dapat menular melalui hubungan seksual atau penggunaan barang pribadi seperti handuk dan pakaian renang yang terkontaminasi.

Infeksi ini dapat menyebabkan keputihan berwarna putih, abu-abu, hijau, atau kuning dengan bau yang tidak sedap. Sebagian besar penderita tidak mengalami gejala, tetapi bagi yang bergejala, mungkin akan merasakan gatal, sensasi terbakar, nyeri pada alat kelamin, kemerahan di sekitar vagina, serta ketidaknyamanan saat buang air kecil.
Jika mengalami tanda-tanda tersebut, segera periksakan diri ke dokter. Jika dibiarkan tanpa pengobatan, trikomoniasis dapat menyebabkan peradangan pada panggul hingga berisiko menyebabkan infertilitas.
9. Infeksi Jamur
Infeksi akibat pertumbuhan berlebih jamur Candida pada vagina juga dapat menjadi pemicu keputihan dengan bau tak sedap.
Keputihan akibat infeksi jamur biasanya berwarna putih keabu-abuan dengan tekstur kental. Gejala lain yang dapat menyertai adalah gatal, pembengkakan di sekitar vagina, sensasi terbakar saat buang air kecil atau berhubungan seksual, nyeri pada vagina, serta kemerahan atau ruam di area kewanitaan.
10. Gonore
Gonore atau kencing nanah pada wanita disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman, baik vaginal, oral, maupun anal. Berganti pasangan seksual juga meningkatkan risiko terkena gonore.
Keputihan akibat gonore cenderung berbau tidak sedap dan berubah warna menjadi pucat, hijau, atau kuning. Infeksi ini juga dapat menyebabkan peningkatan jumlah keputihan, nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil, perdarahan di luar siklus menstruasi, serta nyeri di area perut dan vagina.
Jika tidak segera diobati, gonore dapat meningkatkan risiko infertilitas, infeksi HIV/AIDS, hingga menyebabkan komplikasi serius pada bayi yang baru lahir.
11. Klamidia
Klamidia adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang dapat memicu keputihan berbau dengan warna hijau, kuning, atau pucat.
Gejala lain yang bisa muncul meliputi nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual, gatal atau iritasi di area vagina, perdarahan yang tidak normal, hingga nyeri perut bagian bawah. Jika tidak ditangani, klamidia berisiko menyebabkan radang panggul dan infertilitas, serta dapat menular ke bayi yang baru lahir, menyebabkan infeksi mata atau paru-paru.
12. Herpes Kelamin
Herpes kelamin disebabkan oleh virus Herpes Simplex (HSV), yang dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman atau sering berganti pasangan.
Infeksi ini dapat menyebabkan perubahan bau dan warna pada keputihan. Gejala lain yang dapat muncul termasuk lepuhan di sekitar vagina dan anus yang dapat pecah serta menyebabkan nyeri, sensasi terbakar saat buang air kecil, perdarahan vagina, demam, sakit kepala, serta pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
13. Radang Panggul
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi yang menyerang organ reproduksi akibat infeksi yang tidak ditangani dengan baik.
Gejala yang bisa muncul meliputi nyeri perut bagian bawah, mual, muntah, demam, ketidaknyamanan saat berhubungan seksual, perdarahan abnormal, serta nyeri saat buang air kecil. Infeksi ini perlu segera ditangani karena dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk infertilitas.
14. Human Papillomavirus (HPV)
HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kanker serviks. Virus ini dapat menular melalui kontak seksual dengan individu yang terinfeksi atau melalui kontak kulit langsung.
Meskipun sering kali tidak menimbulkan gejala yang nyata, HPV dapat menyebabkan keputihan berwarna cokelat dengan tekstur cair serta bau yang tidak sedap. Infeksi HPV juga meningkatkan risiko kanker serviks, sehingga vaksinasi HPV menjadi langkah pencegahan yang penting.
Untuk mengobati keputihan dan menjaga kesehatan area kewanitaan, direkomendasikan mengonsumsi Femmifresh Bharata. Femmifresh mengandung Manjakani dan Daun Sirih, yang memiliki sifat antibakteri dan antijamur untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida serta bakteri penyebab keputihan. Femmifresh Bharata merupakan rekomendasi yang aman dan bebas dari efek samping.

Untuk mendapatkan Femmifresh Bharata, Anda dapat mencari informasi lebih lanjut melalui marketplace terpercaya atau melakukan pencarian di Google.