
Opini Dokter – Kejang demam dan epilepsi memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari berbagai faktor, seperti penyebab dan gejalanya. Meskipun keduanya sering terjadi pada anak-anak, pemahaman mengenai perbedaan ini sangat penting bagi orang tua.
Pada saat seorang anak mengalami kejang, tubuhnya bisa bergerak kaku atau terguncang hebat, serta tingkat kesadaran anak akan menurun. Mata anak biasanya terlihat terangkat ke atas, dan beberapa anak mungkin tidak sengaja mengompol atau buang air besar selama kejang.
Kejang demam dan epilepsi adalah dua kondisi yang melibatkan kejang, namun keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal penyebab, gejala, pengobatan, dan komplikasi. Meskipun keduanya sering kali terjadi pada anak-anak, memahami perbedaan keduanya sangat penting agar orang tua dapat memberikan penanganan yang tepat.
Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi Berdasarkan Usia
Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun, meskipun sebagian kecil anak dapat mengalaminya lebih awal atau lebih lambat, seperti sebelum usia 3 bulan atau setelah usia 6 tahun. Namun, kondisi ini cenderung menurun seiring bertambahnya usia anak. Sebaliknya, epilepsi dapat terjadi pada semua kelompok usia, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Pada beberapa anak, epilepsi bisa berlangsung hingga mereka mencapai usia remaja atau dewasa.
Penyebab Kejang Demam dan Epilepsi
Kejang demam dipicu oleh kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh demam, yang sering kali terkait dengan infeksi seperti influenza, campak, atau reaksi setelah imunisasi. Kejang ini tidak disebabkan oleh gangguan otak, melainkan oleh respons tubuh terhadap suhu tubuh yang meningkat, yang biasanya melebihi 38°C. Kejang demam ini juga tidak disertai oleh masalah pada otak, seperti halnya pada epilepsi. Di sisi lain, epilepsi disebabkan oleh gangguan dalam aktivitas listrik otak yang mengakibatkan kejang tak terkontrol. Kejang pada epilepsi bisa terjadi kapan saja dan tanpa sebab yang jelas, tidak bergantung pada demam.
Gejala Kejang Demam dan Epilepsi
Kejang demam dapat dibedakan menjadi dua jenis: kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Pada kejang demam sederhana, gerakan menyentak terjadi di seluruh tubuh, namun durasinya tidak lebih dari 15 menit, dan tidak berulang dalam jangka waktu 24 jam. Sementara itu, kejang demam kompleks dapat berlangsung lebih dari 15 menit atau terjadi berulang kali dalam waktu 24 jam, dan sering kali dimulai hanya di sebagian tubuh.
Pada epilepsi, gejala kejang bisa sangat bervariasi antara individu, tergantung pada bagian otak yang terganggu. Kejang dapat melibatkan gerakan tubuh yang menyentak di seluruh tubuh atau hanya sebagian tubuh. Kejang epilepsi juga bisa disertai dengan hilangnya kesadaran atau pingsan, namun tidak selalu. Beberapa penderita epilepsi mengalami aura, yaitu gejala yang muncul sebelum kejang dimulai. Aura ini bisa berupa perubahan perasaan seperti rasa takut, kebas, kesemutan, bahkan perasaan anggota tubuh menjadi lebih besar atau lebih kecil, atau mengalami sensasi bau yang aneh.

Komplikasi Kejang Demam dan Epilepsi
Kejang demam pada umumnya tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang atau kerusakan serius pada kesehatan anak. Kejang demam sederhana tidak menimbulkan kerusakan otak, penurunan kecerdasan, atau gangguan dalam perkembangan belajar. Meski demikian, sekitar 2-10% anak yang pernah mengalami kejang demam dapat berisiko mengembangkan epilepsi di kemudian hari, terutama jika mereka memiliki riwayat gangguan perkembangan atau kelahiran prematur.
Di sisi lain, epilepsi yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius. Anak dengan epilepsi berisiko mengalami kesulitan belajar, gangguan suasana hati, dan masalah psikologis lainnya. Kejang berulang juga dapat mempengaruhi kualitas hidup anak dan perkembangan sosialnya. Oleh karena itu, penanganan yang tepat untuk epilepsi sangat penting guna menghindari dampak negatif jangka panjang pada anak.
Pengobatan Kejang Demam dan Epilepsi
Pada anak yang mengalami kejang demam, pengobatan pertama yang dapat dilakukan adalah memberikan obat penurun panas saat anak mengalami demam. Jika kejang sudah terjadi, biasanya tidak memerlukan penanganan medis khusus selain memastikan keselamatan anak untuk menghindari cedera. Kejang demam biasanya akan berhenti dengan sendirinya dalam waktu singkat. Namun, jika kejang berlangsung lebih dari 3-5 menit, orang tua disarankan untuk memberikan obat antikejang dan segera membawa anak ke rumah sakit.
Sebaliknya, pengobatan epilepsi memerlukan penggunaan obat anti epilepsi secara teratur setiap hari, yang harus dikonsumsi untuk menjaga kadar obat di dalam tubuh tetap stabil. Tujuannya adalah untuk mengurangi frekuensi dan intensitas kejang. Jika penderita sudah tidak mengalami kejang selama beberapa tahun, dokter mungkin akan menghentikan pengobatan, namun jika kejang berlanjut, dokter dapat mengganti obat atau merekomendasikan prosedur medis lainnya, seperti operasi untuk mengatasi gangguan otak yang menyebabkan kejang.
Kesimpulan
Meskipun baik kejang demam maupun epilepsi melibatkan kejang, keduanya memiliki penyebab, gejala, komplikasi dan pengobatan yang sangat berbeda. Kejang demam umumnya dipicu oleh demam dan biasanya tidak menimbulkan masalah serius. Sebaliknya, epilepsi adalah gangguan otak yang memicu kejang berulang tanpa adanya demam. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami perbedaan ini agar dapat memberikan penanganan yang tepat dan jika gejala epilepsi anak seperti kejang sering kambuh, sebaiknya Anda menggunakan Obat herbal yang direkomendasikan.
Proghasa Bharata merupakan rekomendasi Obat Epilepsi Anak yang aman karena terbuat dari 100% bahan herbal, bebas dari efek samping. Proghasa Bharata terbukti efektif membantu mengobati Epilepsi, mempercepat penyembuhan, mencegah & meredakan terjadinya kejang.

Jika Anda ingin membeli Proghasa Bharata Anda bisa mencari informasi lebih lanjut di Marketplace terpercaya atau melalui pencarian Google.