
Opini Dokter – Batuk pada anak-anak sering kali terjadi, terutama ketika sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Jika batuk yang dialami anak merupakan batuk biasa, umumnya tidak perlu dikhawatirkan. Cukup dengan memberikan obat batuk yang tersedia di apotek. Namun, orang tua perlu lebih waspada jika batuk berlangsung lama, disertai dengan napas terengah-engah, atau napas yang berbunyi. Kondisi ini bisa menjadi tanda batuk rejan (pertusis), yang dapat meningkatkan risiko epilepsi pada anak.
Penelitian di Denmark menunjukkan bahwa anak-anak yang didiagnosis dengan batuk rejan pada usia dini memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami epilepsi pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian, anak yang dirawat di rumah sakit karena batuk rejan menunjukkan risiko epilepsi yang lebih rendah.
Batuk rejan, atau pertusis, adalah infeksi saluran pernapasan akut yang sering dijumpai pada anak-anak. Penyakit ini memengaruhi sekitar 16 juta orang setiap tahunnya dan dapat memiliki dampak serius, seperti kesulitan pada anak dalam makan, minum, dan bernapas.
Batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis, yang merupakan penyakit menular. Penyakit ini paling sering dialami oleh bayi di bawah usia satu tahun serta anak-anak berusia antara 1 hingga 6 tahun.
Infeksi batuk rejan berkembang dalam tiga tahap. Tahap pertama, yaitu fase kataral, ditandai dengan gejala seperti hidung tersumbat, batuk, bersin-bersin, dan demam ringan. Fase ini sangat menular dan bisa berlangsung beberapa minggu setelah batuk mulai muncul.

Fase berikutnya adalah fase paroksismal, yang ditandai dengan gejala batuk khas yang terus-menerus selama beberapa menit. Batuk ini disertai dengan napas berbunyi saat anak menarik napas, dan biasanya terjadi lebih sering pada malam hari. Tahap terakhir adalah fase konvalesens, di mana batuk mulai mereda secara perlahan.
Risiko Bagi Anak
Batuk rejan dapat meningkatkan risiko epilepsi pada anak. Tidak hanya itu, kondisi ini juga berpotensi memicu pneumonia, kejang, kerusakan otak, bahkan kematian. Anak yang terdiagnosis batuk rejan saat bayi diketahui memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengembangkan epilepsi di masa kanak-kanak.
Beberapa ahli berpendapat bahwa batuk yang terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan pada otak, yang pada gilirannya meningkatkan risiko terjadinya epilepsi. Selain itu, batuk yang parah juga dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah otak, yang berisiko menyebabkan perdarahan dan kerusakan pada saraf.
Mengingat bahwa pertusis dapat menyebabkan komplikasi serius, orangtua sebaiknya lebih waspada terhadap gejala-gejalanya. Selain memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan anak, pertusis juga dapat dicegah dengan memberikan vaksin DTap dan Tdap.
Untuk penanganan, ibu perlu memperhatikan bahwa terapi yang diberikan bersifat suportif. Pastikan juga asupan nutrisi dan cairan anak tercukupi. Lebih lanjut, hindari agar anak tidak mengalami gagal napas atau kekurangan oksigen. Anak yang berusia di bawah 1 bulan yang mengalami batuk rejan biasanya akan dirawat di ruang isolasi dan diberi antibiotik. Jika ibu menemukan gejala batuk rejan pada anak, sebaiknya Anda menggunakan Obat herbal yang direkomendasikan.
Proghasa Bharata merupakan rekomendasi Obat Epilepsi Anak yang aman karena terbuat dari 100% bahan herbal, bebas dari efek samping. Proghasa Bharata terbukti efektif membantu mengobati Epilepsi, mempercepat penyembuhan, mencegah & meredakan terjadinya kejang.

Jika Anda ingin membeli Proghasa Bharata Anda bisa mencari informasi lebih lanjut di Marketplace terpercaya atau melalui pencarian Google.